TUGAS
KULIAH
MAKALAH
“Manajemen
Resiko”
OLEH :
KELOMPOK VIII
FARMASI B
JURUSAN
FARMASI FKIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA-GOWA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok kewirausahaan.
Dan tak lupa pula ucapan terima kasih kami haturkan
kepada dosen mata kuliah Analisis Farmasi yang telah memberi bimbingan dan
arahan kepada kami agar makakalah ini dapat kami selesaikan. Dan ucapan terima
kasih pula kami haturkan kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
kepada mahasiswa agar lebih memahami mengenai manajemen resiko dalam konteks
kewirausahaan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan juga bagi
kami sebagai penulis.
Kami sebagai Penulis menyadari masih banyaknya
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca terhadap makalah ini untuk agar lebih
baik ke depannya
penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I.
Bab I pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
II.
BAB II Pembahasan
Pengertian resiko dan manajemen resiko
Pengerian resiko operational
Pengukuran
risiko operational
Perubahan
Karakteristik Risiko Operational
Biaya
untuk risiko Operational
Just
in time
Strategi
Dalam Risiko Pengadaan Barang dan Jasa
Resiko
Pengadaan
III.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen risiko merupakan salah satu elemen penting dalam
menjalankan bisnis,perusahaan,karena,semakin,berkembangnya,dunia perusahaan serta meningkatnya kompleksitas aktivitas perusahaan
mengakibatkan meningkatnya tingkat risiko yang dihadapi perusahaan.Sasaran
utama dari implementasi manajemen risiko adalah melindungi perusahaan terhadap kerugian
yang mungkin timbul. Lembaga perusahaan mengelola risiko dengan menyeimbangkan
antara strategi bisnis,dengan pengelolaan risikonya sehingga perusahaan akan mendapatkan hasiloptimal
dari operasionalnya. Kita harus bisa menemukan kerugian potensial yang mungkin
terjadi dan mencari cara untuk menangani risiko tersebut. Dunia
bisnis puntak luput dari ketidakpastian. Ketidakpastian dalam dunia bisnis
akan menyebabkan terjadinya risiko bisnis. Perusahaan merencanakan untuk
menggencarkan promosi produknya dengan harapan penjualanya dapat meningkat.
Dengan analisis yang mendalam diperkirakan penjualan setelah adanya promosi
besar-besaran tersebut dapat meningkat sebanyak 20%. Tetapi kenyataanya
penjualan hanya dapat meningkat 10%. Ini merupakan salah satu bentuk risiko
yang terjadi dalam dunia bisnis. Risiko dalam bisnis tidak bisa diabaikan
begitu saja. Perusahaan perlu menganalisis kemungkinan kerugian potensi dalam
bisnisnya tersebut kemudian mengevaluasi dan mencari cara untuk
menanggulanginya. Dengan demikian diharapkan bisnis yang dijalaninya dapat
sukses meraihtujuan dengan mudah. Risiko merupakan sesuatu yang pasti akan
terjadi ketika kita melakukan suatu tindakan. Risiko adalah berbagai
kemungkinan yang terjadi pada periode tertentu. Risiko sering dikaitkan dengan
kerugian. Jadi risiko adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan kerugian
atau peluang terjadi sesuatu yang bad out came. Setiap organisasi perusahaan
selalu menanggung risiko.
Risiko, bisnis, kecelakaan kerja, bencana alam, perampokan, dan pencurian,
kebangkrutan adalah beberapa contoh dari risiko yang lazim terjadi
di berbagai perusahaan. Terutama perusahaan yang tidak melakukan tindakan
apa-apa, bahkan tindakan preventif pun tidak dilakukan. Perusahaan ini tidak
melakukan tindakan untuk pencegahan risiko yang akan timbul nantinya.
B. Rumusan Masalah
1.Apakah Risiko ?
5.Bagaimana mengelola Risiko ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Risiko Operational dan Risiko Produksi
2.Untuk mengetahui pengukuran
dalam Risiko Operational
3.Untuk mengetahui apa yang dimaksud
Just In Time dalam RisikoOperational
4.Untuk mengetahui Strategi
mengelola Risiko Barang dan Jasa
5.Untuk mengetahui mengelola
Risiko Pengadaan dengan aspek-aspek yang perlu di perhatikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Risiko
dan Manajemen Risiko
Risiko merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia,
ada pepatah mengatakan tak ada hidup tanpa risiko. Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya ( future)
dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat
ini.Pada dasarnya risiko tidak dapat dihindari dari aktivitas bisnis
perusahaan,sehingga diperlukan manajemen risiko untuk mengatasi permasalahan
ini. Manfaat perusahaan mengimplementasikan manajemen risiko antara lain
(Lam,2007:6) memberikan peran dalam pengelolaan risiko kepada manajer
perusahaan,mengingat manajer perusahaan memiliki akses penuh terhadap informasi
dan dukungan dari para profesional manajemen risiko. Menurut Wikipedia bahasa
Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu pendekatan
terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan
ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: penilaian resiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan
menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil
antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihaklain, menghindari resiko,
mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua
konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional
terfokus pada resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal
(seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).
Menurut Vibiznews.com, manajemen resiko adalah suatu proses mengidentifikasi,
mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber
daya yang tersedia. Strategi yang dapat digunakan antara lain mentransfer
resiko pada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek burukdari resiko
dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari resiko tertentu.
Sedangkan menurut COSO, manajemen resiko
(risk management)dapat diartikan sebagai “a
process, effected by an entity’s board of directors, management and other
personnel, applied in strategy setting and across theenterprise, designed to
identify potential events that may affect the entity, managerisk to be within
its risk appetite, and provide reasonable assurance regarding theachievement of
entity objectives.Manajemen resiko adalah bagian penting,dari,strategi,manajemen,semua perusahaan. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapatmenunjukkan
resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan didalam
masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemenresiko
yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi
resiko. Sasarannya untukmenambah nilai maksimum berkesinambungan(sustainable)organisasi. Tujuanutama
untuk memahami potensiupsidedandownside dari semua faktor
yangdapat memberikan dampak bagi organisasi. Manajemen resiko meningkatkankemungkinan
sukses, mengurangi kemungkinan kegagalan dan ketidakpastiandalam memimpin
keseluruhan sasaran organisasi.
Manajemen,resiko,seharusnya bersifat berkelanjutan dan mengembangan
proses yang bekerja dalamkeseluruhan strategi organisasi dan strategi
dalam mengimplementasikan.Manajemen resiko seharusnya ditujukan untuk menanggulangi,suatu permasalahan sesuai dengan metode yang digunakan dalam melaksanakanaktifitas
dalam suatu organisasi di masa lalu, masa kini dan masadepan.Manajemen resiko
harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengankebijaksanaan yang efektif
dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemensenior. Manajemen resiko
harus diterjemahkan sebagai suatu strategi dalamteknis dan sasaran
operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab sertakemampuan merespon secara
menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiapmanajer dan pekerja memandang
manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsikerja. Manajemen resiko
mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi operasional dari semuatingkatan.
B. Pengertian
Risiko Operational.
Risiko operational merupakan risiko yang umumnya bersumber dari
masalah internal perusahaan, dimana risiko tersebut terjadi disebabkan
olehlamanya sistem kontrol manajemen (management controlsystem). Yang
dilakukanoleh pihak internal perusahaan. Misalnya risiko operational adalah
risiko pada komputer karena telah terserang virus, kerusakan maintenance
pabrik, kecelakaank erja, kesalahan dalam pencatatan pembelian barang dan tidak
adanyakesepakatan bahwa barang yan dibeli dapat ditukar kembali dan
sebagainya.Risiko operasonal dapat menimbulkan kerugian keuangan secara
langsungmaupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan
memperoleh keuntungan. Risiko ini merupakan,risiko,yang,melekat,(inherent) pada setiap aktivitas fungsional Bank, seperti kegiatan perkreditan (penyediaan
dana), tresuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan
perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan
sistem informasi manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia.Risiko
operasional bukanlah hal baru walaupun disadari merupakan risiko yang paling
akhir terdefinisikan dalam Basel II. Definisi risiko operasional dalam Basel II
adalah termasuk risiko hukum,namun tidak mencakup risiko bisnis, strategis dan
reputasi. Menurut (Mamduh:2009) risiko operational merupakan tipe risiko yang
paling tua, tetapiyan paling sedikit dipahami dibandingkan dengan tipe risiko
lainnya. (misalkan risiko pasar ataupun risiko tingkat bunga). Perusahaan sudah
mengenali risikooperational meskipun dengan nama yang berbeda. Sebagai contoh
perusahaan selalu berusaha memperbaiki sistem, prosedur, atau proses bisnis
melaluimanajemen kualitas, perusahaan memberikan training kepada karyawannya
agarmereka semakin terlatih dan semakin sedikit membuat kesalahan. Dalam
konteks manajemen risiko, upaya terseut dipandag sebagai upaya untuk mengelola
atau menurunkan risiko operational.
C. Pengukuran
risiko operational
Salah satu teknik untuk mengukur resiko operasional adalah dengan
menggunakan dua klasifikasi, yaitu:
1.Frekuensi atau probabilitas
terjadinya resiko.
2.Tingkat keseriusan kerugian
atau impact dari resiko tersebut.
Dengan menggunakan dua dimensi tersebut, kita bisa membuat
matriksfrekuensi/tingkat untuk resiko-resiko yang ada, termasuk resiko
operasional.Berikut contoh aplikasi matriks termasuk untuk gagal bayar dan
kesalahan pemrosesan transaksi.
B Gagal bayar
A
Kesalahan pemrosesan
Frequency
Bagan diatas menunjukkan bagan metriks dengan dimensi frekuensi
disumbu horizontal dan dimensi severity pada sumbu vertical. Resiko-resiko
bisadiklasifikasi berdasarkan dimensi-dimensi tersebut. Misalnya, resiko gagal
bayardari debitur perusahaan besar biasanya jarang terjadi. Karena itu resiko
itudiklasifikasi sebagai dengan frekuensi rendah. Tetapi jika terjadi, kerugian
yangtimbul bisa sangat besar. Karena itu resiko tersebut diklasifikasi dengan
severitytinggi. Gabungan antara frekuensi rendah dengan severity tinggi
terlihat pada titikB pada bagan diatas. Sebaliknya, kesalahan pemrosesan atau
kesalahan pencatatantransaksi akan sering terjadi (apalagi jika proses
pencatatan masih secara manual).Tetapi tingkat severity dari kesalahan tersebut
tidak terlalu tinggi. Karena itukesalahan pemrosesan berada pada titik A.
dengan proses semacam itu, kita bisamemperoleh gambaran mengenai frekuensi dan
severity dari suatu resiko, yangselanjutnya mempunyai implikasi pada bagaimana
mengelola resiko tersebut.Sebagai contoh, berikut ini strategi menghadapi
resiko berdasarkan metriks severity/frequency.
Perhatikan bahwa matriks likelihood (frekuensi) dan
significance(severity) dikelompokan dalam empat kuadran, yaitu:
1.
Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) rendah
2.
Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) rendah
3.
Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) tinggi
4.
Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) tinggi
Penentuan tinggi rendah severity atau frekuensi bisa dilakukan
melalui beberapa cara. Misalnya severity atau frekuensi yang lebih besar dibandingkandengan
median atau rata-rata dari resiko yang ada (dalam daftar) dikelompokkankedalam
severity atau frekuensi tinggi, dan sebaliknya. Penentuan tinggi rendahtersebut
dapat dilakukan melalui perhitungan angka absolute atau bias melaluisurvey
terhadap menajer-manajer perusahaan. Melalui pertanyaan-pertanyaanseperti itu
teridentifikasi letak masing-masing resiko berdasarkan dimensi signifikansi dan
kemungkinan. Selanjutnya, strategi yang tepat bisa dirumuskanuntuk mengelola
resiko tersebut.
1.
Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) rendah: lowcontrol. Perusahaan dapat menerapkan pengawasan yang
rendah terhadap resiko padakategori ini. Pengawasan yang terlalu berlebihan
pada jenis resiko ini akanmenimbulkan biaya yang lebih besar dibandingkan
manfaatnya, sehingga akanlebih optimal jika perusahaan tidak melakukan
pengawasan yang berlebihan.
2.
Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) rendah: detect andmonitor.
Tipe resiko seperti ini lebih menantang untuk dihadapi. Jika
resiko seperti inimuncul, perusahaan bisa mengalami kerugian yang cukup besar,
dan barang kalidapat mengakibatkan kebangkrutan. Tetapi frekuensi resiko
tersebut
relative jarang, sehingga tidak mudah ditemui atau dikenali oleh perusahaan. Karena ituresiko
tipe ini paling sulit dipahami karakteristiknya, dan sulit diprediksi
kapandatangnya. Misalnya, Baring gagal melakukan pengawasan terhadap trading
yangdiluar batas oleh salah seorang tradernya, kemudian terjadi kerugian
yangmengakibatkan kebangkrutan perusahaan tersbut. Frekuensi resiko semacam
inirelative jarang ditemui.
3.
Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) tinggi: Monitor.
Tipe resiko semacam ini seringkali muncul tapi besarnya kerugian
relative kecil.Biasanya resiko semacam ini muncul sebagai akibat perusahaan
menjalankan bisnisnya. Dengan kata lain, resiko semacam ini merupakan konsekuensi perusahaan
menjalankan bisnisnya. Misalnya, untuk perusahaan supermarket,
adaresiko shoplifting (pencurian oleh pembeli), pencurian oleh karyawan,
barangdagangan rusak karena busuk atau karena botol pecah, resiko semacam ini
lebihmudah dikenali, dan perusahaan bisa menghitung resiko tersebut.,Kemudian perusahaan bisa menganggapnya sebagai biaya dari kegiatan bisnis, dan perusahaan
bisa memasukannya dalam komponen harga. Kebanyakan perusahaan
memasukan biaya seperti itu ke dalam struktur harga mereka. Perusahaan bias memonitor
resiko-resiko tersebut untuk memastikan bahwa resiko tersebut masih berada
pada wilayah normal. Jika resiko tersebut bergerak melebihi batas
tertentu,maka perusahaan perlu melakukan tindakan untuk menangani resiko
tersebut.Misalnya, jika frekuensi pencurian oleh pembeli supermarket
menunjukkan kecenderungan meningkat maka manajer perlu,melakukan,perbaikan. Perbaikan- perbaikan tersebut pada intinya memperbaiki prosedur dan proses bisnis.Misalnya,
pada kasus pencurian diatas, manajer supermarket bisa
meminta pembeli untuk meninggalkan tas, memasang supermarket di supermarket,memasang
barcode pada setiap produk yang dipajang (sehingga jika tidak di lepasdan
melewati tiang scanner akan berbunyi).
4.
Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) tinggi: prevent atsource.
Tipe resiko seperti ini tidak releven lagi dibicarakan, karena
jika situasi semacamini terjadi, berarti perusahaan tidak lagi bisa
mengendalikan resiko, dan bisa berakibat pada kebangkrutan. Misalnya, jika
perusahaan tidak bisa mengendalikan penggelapan
uang dengan jumlah besar oleh karyawannya
(tipe resiko ini beradadalam kuadran frekuensi
rendah/signifikansi tinggi), maka ada kemungkinanresiko ini berubah menuju
kuadran frekuensi tinggi/signifikansi tinggi). Jika halini terjadi, maka
perusahaan praktis akan bangkrut dalam,waktu,singkat.,Dengan perspektif semacam ini, maka tugas manajemen resiko adalah mencegahnya
migrasi resiko-resiko yang ada ke dalam kuadran frekuensi
tinggi/signifikansitinggi.
Strategi untuk menghadapi resiko di wilayah-wilayah tersebut
sebagai berikut:
Wilayah 1. Severity tinggi dan frekuensi tinggi:Immediate
Action
Untuk wilayah ini, perusahaan haruas melakukan penanganan
yangagresif dan segera (Immediate Action).
Wilayah
2: Severity tinggi dan frekuensi agak tinggi: Immediate
Attention
Untuk wilayah ini, perusahaan
harus mengawasi resiko ini (ImmediateAttention).
Wilayah 3: Severity agak tinggi
dan frekuensi agak tinggi:Periodic Attention
Untuk wilayah ini, perusahaan
harus bisa melakukan pengawasan secara berkala (periodic attention).
Wilayah 4: Severity rendah dan
frekuensi rendah:Annual Evaluation
Untuk wilayah ini, perusahaan
ini bisa lebih longgar, yaitu
melakukan pengawasan dengan jangka waktu panjang, misalnya tathunan
(annual evaluation).
Aspek dinamika resiko juga perlu diperhatikan. Resiko bisa berubah dariwilayah
4 ke wilayah lainya, misal ke wilayah 2. Misalnya, resiko tuntutan
hokum barangkali tidak begitu kelihatan di masa lalu. Tetapi dengan semakin sadarnyamasyarakat
akan hak dan kewajibanya, resiko tersebut bisa berubah menjadiresiko yang
semakin pentin. Pengukuran resiko oprasional dapat kita lakukandengan penempatan
tingkatan dari setiap bentuk resiko yang terjadi. Yaitusemakin tinggi resiko
maka semakin tinggi kem ungkinan untuk memperolehretrun yang di harapkan,
dengan asumsi resiko dan retrun besifat linier.Untuk lebih jelasnya bisa kita
lihat dalam gambar di bawah ini:
|
IV
|
I
|
|
III
|
II
|
Pada gambar diatas dapat kita pahami bahwa terdapat
suatu hubungan kuat
antara expected return / E(R)
dan Risk (σ). Dimana setiap titik-titik dan wilayahtersebut dapat kita jelaskan
sebagai berikut:
1. Posisi 1 adalah dimana E(R)
berada di posisi tertinggi dan σ juga berada
diposisi yang tertinggi dalam artian semakin tinggi pengharapan pada E(R) makasemakin
tinggi kemungkinan terjadinya σ. Atau dengan kata lain disini kondisi
maksimalitas E(R) bersifat
searah (linier) dengan resiko yang akan diterima.Misalnya, pada saat suatu
perusahaan merencanakan untuk menambah kapasitasatau profit perusahaan akan
mengalami peningkatan, namun ini juga
berakibat pada terjadinya peningkatan pada proses produksi untuk mampu meningfkatkan jumlah produksi per unitnya yaitu jika sebelumnyya perusahaan bisamemproduksi
4.000 unit maka sekarang harus ditingkatkan menjadi 4.700
unit.Kondisi ini akan menimbulkan beberapa dampak pada resiko
operasional perusahaan seperti:
a.
Mesin produksi akan mengalami masa penyusutan dengan cepat
karenadipakai dalam waktu lebih lama dan bersifat mengejar target produksi.
b.
Kebutuhan bahan baku yang di butuhkan akan mengalami
peningkatanyang tinggi dan tidak boleh berhenti karena akan mempengaruhikelancaran
produksi secara tepat waktu.
2. Posisi II adalah dimana
E( R) berada pada posisi rendah dan σ
berada pada posisi yang tinggi atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat tidak
searah (nonmelakukan antisipasi dan menetapkan strategi yang maksimal guna menghindarisemakin
terjadinyapergerakan terjadinya kenaikan resiko yang lebih tinggi,karenasemakin
tingginya resiko yang terjadi akan menyebabkan beberapa hal
pada perusahaan, misalnya:
a.Peningkatan kerugin
perusahaan akan terus bertambah dan lebih jauhdana cadangan akan lebih banyak
terkuras,
b.Jika resiko kerugian ini di
biarkan terus menerus maka akanmenyebabkan perusahaan berada dalam kondisi
finansial distress(kesulitan keuangan).
3. Posisi III adalah dimana
E(R) berada pada posisi rendah dan σ juga berada pada posisi yang rendah,
atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat searah (linier).
4. Posisi IV adalah dimana E(R)
berada pada posisi tinggi dan σ berada pada posisi
yang rendah atau dengan kata
lain E(R) dan σ bersifat tidak searah (non linier)pada kondisi yang seperti ini ada beberapa kondisi dan situasi yang perlu dicermati:
a.
Resiko sangat sulit diprediksi tapi jika terjadi mampu menempatkan
posisi perusahaan berada pada titik posisi II,
b.
Kondisi dan situasi ini terjadi pada saat control resiko (risk
control)menjadi lemah karena perusahaan selama ini terbuai oleh profit yang terusmenerus
mengalami kenaikan,
c.
Semangat kerja under pressure yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan tidak lagi seperti berada pada posisi
II, dan ini bisa berdampak pada penurunan kedisiplinan kerja serta target pekerjaan yang harusdikerjakan
D. Perubahan Karakteristik
Risiko Operational
Setiap risiko bisa berubah karateristiknya dari waktu ke waktu.
Misalkan pada jaman dulu pencatatan transaksi dilakukan secara manual
( karywaanmenuliskan harga dan jumlah unit yang diperdagangkan di kertas
), cara tersebutdapat memunculkan risiko kesalahan pencatatan. Frekuensi
kesalahan cukupsering karena karyawan sering lelah namun biasanya mengakibatkan
kerugianyang relative kecil. Sekarang ini sudah banyak cara manual seperti itu
digantidengan pencatatan terkomputerisasi dengan demikian frekuensi kesalahan
dapatditurunkan namun akan muncul jenis risiko baru. Apabila terjadi kegagalan
ataukelemahan pada system komputer maka kerugian yang muncul akan sangat besar.
a. Globalisasi
Era globalisasi telah memberi perubahan besar bagi konsep bisnis
pada seluruh sektor bisnis, baik financial maupun non financial,
sehinggamenciptakan konsep produk dibuat untuk bisa menampung
keinginanglobalisasi tersebut. Karena itu, perusahaan dituntut untuk
menerapkanmanajemen yang berbasis konsep global yang secara tidak
langsungmekanisme operational perusahaan juga harus bersifat global.
b. Otomatisasi
Otomatisasi ini menurunkan risiko yang berkaitan dengan manusia(misal
kesalahan dalam pencatatan karena kelelahan). Tetapiotomatisasi semacam itu
memunculkan risiko yang baru yaitu risikokegagalan sistem dan semacamnya.
Risiko ini cenderung lebih sulituntuk dideteksi dan jika terjadi maka
perusahaan akan mengalamikerugian yan signifikan.
c. Terlalu mengandalkan teknologi
Apabila terlalu mengendalikan teknologi maka akan ada risiko
baruyang akan dialami, walaupun dengan menggunakna teknologimemudahkan dalam
membantu proses bisnis yang akan lebih cepat.
d. Perubahan budaya masyarakat
Masyrakat semakin lama semakin pandai, semakin sadar kan hak
dankewajibannya. Kesadaran tersebut cenderung meningkatakan risikolitigasi,
dimana masyarakat akan berusaha menuntut apabila merasadirugikan. Perubahan
budaya masyarakat bisa meningkatkan risikogugatan hukum.
E. Biaya untuk
risiko Operational
Untuk mengatasi risiko operational suatu perusahaan harus membuat
analisamencakup:
a.
Menghitung dan memetakan bentuk risiko yang sedang dan akan
dihadapi,
b.
Memperhitung biaya yang harus dialokasikan menyangkut pengelolaan
risiko,
c.
Memutuskan pembentukan mekanisme seperti apa yang layakditerappkan
untuk mengelola risiko,
d.
Memutuskan dari mana sumberdana yang dapat dialokasikan
untukmendukung penyelesaian operational risk ini
F. Just in time
a.Pengertian Just In time
Menurut Henri Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen,Just In
Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimanasegenap
sumberdaya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia,dan fasilitas
dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untukmengangkat produktifitas dan
mengurangi pemborosan. Just In Timedidasarkan pada konsep arus produksi yang
berkelanjutan danmensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerjasama
dengankomponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkunganJust In
Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab,yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruangdan
waktu produksi. Metode produksi Just In time mensyaratkan tidakadanya
persediaan bahan baku karena bahan baku dan suku cadangdijadwalkan untuk sampai
ke pabrik dari pemasok hanya pada saatdibutuhkan saja.
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah
sistem produksiatau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan
oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saatdibutuhkan
oleh konsumen. Konsep just in time adalah suatu konsep dimana bahan baku yang
digunakan untuk aktifitas produksi didatangkandari pemasok atau suplier tepat
pada,waktu,bahan,itu,dibutuhkan,oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya
persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.
Just In Time adalah suatu keseluruhan
filosofi operasi manajemendimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku
dan suku
cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalahuntuk
mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just InTime didasarkan pada
konsep arus produksi yang berkelanjutan danmensyaratkan setiap bagian proses
produksi bekerjasama dengankomponen-komponen lainnya.
2.7 Strategi Dalam Risiko
Pengadaan Barang dan Jasa
Berhubungan dengan anggaran pemerintahan dalam sebuah kerjasama
pengadaan barang dan jasa sangat rentan dengan aspek KKN.Konsekuensinya, akan
berbenturan dengan hukum yang berlaku.
Kerentanan tersebut, menjadikan hukum dan aturan yang ditetapkan
pun jadi semakin ketat untuk menghindari segala kemungkinan tindakan
KKN. Nah, bagi Anda yang terlibat dalam usaha pengadaan barang dan jasainstansi
pemerintah tentu harus mengerti seputar aturan, hukum, dan
caramengantisipasinya agar tidak terkena risiko pidana. Bagaimanakahcaranya?
Harus selalu disadari bahwa risiko tindak pidana tidak
dapatdihilangkan. Risiko hanya dapat dikurangi kemungkinan terjadinya
denganmengimplementasikan strategi yang tepat. Menyuap auditor bukanmerupakan
cara menyelesaikan masalah yang tepat. Justru sebaliknya,akan menambah masalah.
Salah satu strateginya ialah melalui metoderisktransfer
atau memindahkan risiko kepada pihak atau perusahaan lain.Penerapannya
ialah dengan meminjam bendera perusahaan lain untukmelaksanakan pengadaan
barang/jasa. Bagi pengelola pengadaan barangdan jasa, strategirisk transfer dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1. Meminta penjelasan secara tertulis (fatwa) untuk hal-hal yang
belum jelas kepada lembaga yang
kompeten dan relevan, misalnya BPK, LKPP,Mendagri,
atau Menkeu. Dengan memiliki penjelasan tertulis, risiko secaraotomatis akan
berpindah kepada lembaga yang mengeluarkan fatwatersebut.
2. Meminta persetujuan tertulis kepada manajemen atau lembaga
yanglebih tinggi. Praktik ini pernah terjadi pada pengadaan
peralatan penyadapan di Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) melalui mekanismePenunjukan Langsung. Hal ini dilakukan KPK dengan
meminta persetujuan presiden untuk melaksanakan pengadaannya melaluimekanisme
Penunjukan Langsung, tanpa melalui lelang. Pasalnya,
jika pagunya di atas 200 juta rupiah, aturan undang-undangnya mesti melaluisistem
lelang. Dengan demikian, KPK terbebas dari risiko tindak pidanadalam
melaksanakan pengadaan peralatan penyadapan melalui mekanismePenunjukan
Langsung tersebut.
Secara lebih lengkapnya lagi mengenai mekanisme, aturan,
danstrategi pengadaan barang dan jasa ini akan dijelaskan dalam buku Amandari Risiko dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah . Buku ini ditulisoleh
Suswinarno Ak., MM untuk memberikan pemahaman yang baik dantepat tentang
manajemen risiko pengadaan barang dan jasa pemerintahagar bisa
mengantisipasinya. Buku terbitan VisiMedia ini dibagi ke dalamenam penjelasan
pokok, yaitu mulai dari manajemen risiko, prosesmanajemen, identifikasi risiko
pada pengadaan barang dan
jasa pemerintah, mengukur risiko tindak pidana pada pengadaan barang dan jasa pemerintah, strategi mengantisipasi risiko pidana,
hingga tip dan trikmenghadapi audit dan auditor.
2.8 Resiko Pengadaan
Dalam opini mendefinisikan barang dan jasa, kuantitas,
kualitas,waktu, tempat dan harga akan menentukan seberapa kompleks proses
yangharus dilakukan dalam mendapatkan barang dan jasa. Seperti yangdiutarakan Samsul, mana yang lebih kompleks
mengukur benda atautindakan? Jawabannya adalah lebih mudah mengukur benda
ketimbangmengukur tindakan. Karena benda sifatnyatangible(berwujud)
sedangkantindakan sifatnyaintangible(tidak berwujud). Dengan kerangka pikirdiatas
tentu lebih sederhana mendapatkan barang,dibanding,mendapatkan jasa. Kerangka berpikir ini juga akan membawa kita pada rantai logikayang
sama ketika dihadapkan pada kompleksitas barang/jasa
versus penyedia. Skala kompleksitas menilai barang/jasa tentu lebih sederhanadibanding
menilai penyedianya. Mengkompetisikan banyak penyedia yangmampu menyediakan
barang adalah cara yang paling tepat.
Dalam mengenal karakteristik penyedia, penting juga untukmengenalKrajilc Box Methodyangmemposisikan
barang/jasa kedalam empat kotak berdasarkan,karakteristik,barang/jasa,dikaitkan,dengan,potensi resiko dan potensi nilai belanja.
Karakteristik ini dapat dijadikan peta dalam pengambilan
keputusan penetapan metode pengadaan dikaitkandengan skala kompleksitas.
Barang/jasaLaveragemempunyai
karakteristik resiko kecil tapinilai pembelian tinggi yang
diutamakan adalah memaksimalkan penghematan.
Contoh: laptop berada pada pasar persaingan
sempurnadimana jumlah penyedia dan jumlah barang baik jenis maupun
kuantitastersedia di pasar secara luas dan banyak sehingga faktor yang
jadi pertimbangan hanyalah harga yang terendah.
Barang/jasaRoutineadalah barang resiko rendah dengan nilai pembelian
yang rendah yang diutamakan adalah meminimalkan waktu dansumber daya.
Contoh: alat tulis kantor, pasti diperlukan setiap tahun
dalam jumlah yang kecil dan terpecah-pecah dalam
item-item kemudian dari sisi barang dan penyedia tersedia luas.
Barang/JasaBottleneck mempunyai karakteristik resiko tinggi
tapinilai pembelian rendah fokus kepada jaminan pasokan agar tidak
terhenti.Kontrak jangka panjang dengan eskalasi terpantau dan
dinegosiasikansecara berkala. Contoh : obat-obatan, bersifat urgen dalam artian
kalautidak tersedia dalam waktu yang dibutuhkan akan mengakibatkanhambatan pada
organisasi, spesifikasi khusus dan jumlah penyediaterbatas. Nilai pembelian
terbatas dan terbagi atas item-item kecil.
Barang/jasa Critical mempunyai karakteristik resiko tinggi dandengan
nilai pembelian yang tinggi memperhitungkan semua biayalangsung maupun tidak
langsung dan maksimalisasi pencapaian NilaiManfaat Uang (Value for Money).
Contoh: Mesin Pembangkit TenagaListrik dari sisi spesifikasi sangat khusus,
jumlah penyedia terbatas, bersifat urgen dan nilai pembelian tinggi.Dalam
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentangPengadaan Barang/Jasa Pemerintah
dikenal beberapa metode pemilihanpada penyedia barang/jasa.
Pengadaan barang, jasa lainnya, dan pekerjaankonstruksi,
terdapat beberapa metode, yakni pelelangan umum, pelelanganterbatas, pemilihan
langsung, penunjukan langsung, dan pengadaanlangsung; untuk pengadaan jasa
konsultan terdapat beberapa metode,yakni seleksi umum, seleksi sederhana,
penunjukan langsung, pengadaanlangsung, dan sayembara. Metode-metode tersebut
dilakukan denganlangkah-langkah yang cukup rumit dan multitafsir. Pusing bukan.
Cukupsudah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Risiko Operasional merupakan risiko yang umumnya bersumber darimasalah
internal perusahaan, dimana risiko itu terjadi disebabkan oleh lemahnyasistem
kontrol manajemen (management contro sytem) yang dilakukan oleh pihakinternal
perusahan.
Untuk menghitung kerugian yang diharapkan jika risiko tertentu
munculdapat menggunakan kerangka probabilitas ( frekuensi ) dan severity.
Rumusnyaadalah: Kerugian yang diharapkan = frekuensi ( probabilitas ) x
severity ( besarnya kerugian ).
Ada beberapa factor yang mampu memberi pengaruh pada
terbentuknyaresiko operasional, yaitu: risiko pada computer, kerusakan
peralatan pabrik,kecelakaan kerja, kesalahan dalam pembukuan secara manual,
kesalahan pembelian dan tidak ada kesepakatan bahwa barang yang dibeli dapat ditukarkembali,
pegawai outsourcing, globalisasi dalam konsep dan produk.
Factor yang menyebabkan perubahan karateristik resiko operasional,
yaitu:globalisasi, otomatisasi, TerlaluMengandalkanTeknologi,
Outsourcing,Perubahan Budaya Masyarakat
DAFTAR
PUSTAKA
Muslich, Muhammad. 2007.Manajemen Resiko Operasional-Teori & Praktek,Jakarta:
Sinar Grafika Offset, PT. Bumi Aksara.
Darmawi, Herman. Manajemen Resiko. Bumi Aksara, 2005.
Chapman, Christy. Bringing ERM into Focus. Internal Auditor, June 2003
Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commission. What is COSO: Background and Events Leading to Internal Control-Integrated Framework. 1992
Simmons, Mark. COSO Based Auditing. The Internal Auditor, December 1997 The Institute of Internal Auditors. Internal C
Vaughan, Emmet. Fundamental of Risk and Insurance. 2nd, John Willey, 1978

Tidak ada komentar:
Posting Komentar