Senin, 29 Juni 2015

Management Resiko



TUGAS KULIAH
MAKALAH
“Manajemen Resiko”






OLEH :
KELOMPOK VIII
FARMASI B


JURUSAN FARMASI FKIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA-GOWA
2015





KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok kewirausahaan.
Dan tak lupa pula ucapan terima kasih kami haturkan kepada dosen mata kuliah Analisis Farmasi yang telah memberi bimbingan dan arahan kepada kami agar makakalah ini dapat kami selesaikan. Dan ucapan terima kasih pula kami haturkan kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar lebih memahami mengenai manajemen resiko dalam konteks kewirausahaan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan juga bagi kami sebagai penulis.
Kami sebagai Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca terhadap makalah ini untuk agar lebih baik ke depannya
                                                                              penulis 


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
I.                   Bab I pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
II.                BAB II Pembahasan
Pengertian resiko dan manajemen resiko
Pengerian resiko operational
Pengukuran risiko operational
Perubahan Karakteristik Risiko Operational
Biaya untuk risiko Operational
Just in time
Strategi Dalam Risiko Pengadaan Barang dan Jasa
Resiko Pengadaan
III.             BAB III PENUTUP
Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manajemen risiko merupakan salah satu elemen penting dalam menjalankan bisnis,perusahaan,karena,semakin,berkembangnya,dunia perusahaan serta meningkatnya kompleksitas aktivitas perusahaan mengakibatkan meningkatnya tingkat risiko yang dihadapi perusahaan.Sasaran utama dari implementasi manajemen risiko adalah melindungi perusahaan terhadap kerugian yang mungkin timbul. Lembaga perusahaan mengelola risiko dengan menyeimbangkan antara strategi bisnis,dengan pengelolaan risikonya sehingga perusahaan akan mendapatkan hasiloptimal dari operasionalnya. Kita harus bisa menemukan kerugian potensial yang mungkin terjadi dan mencari cara untuk menangani risiko tersebut. Dunia bisnis puntak luput dari ketidakpastian. Ketidakpastian dalam dunia bisnis akan menyebabkan terjadinya risiko bisnis. Perusahaan merencanakan untuk menggencarkan promosi produknya dengan harapan penjualanya dapat meningkat. Dengan analisis yang mendalam diperkirakan penjualan setelah adanya promosi besar-besaran tersebut dapat meningkat sebanyak 20%. Tetapi kenyataanya penjualan hanya dapat meningkat 10%. Ini merupakan salah satu bentuk risiko yang terjadi dalam dunia bisnis. Risiko dalam bisnis tidak bisa diabaikan begitu saja. Perusahaan perlu menganalisis kemungkinan kerugian potensi dalam bisnisnya tersebut kemudian mengevaluasi dan mencari cara untuk menanggulanginya. Dengan demikian diharapkan bisnis yang dijalaninya dapat sukses meraihtujuan dengan mudah. Risiko merupakan sesuatu yang pasti akan terjadi ketika kita melakukan suatu tindakan. Risiko adalah berbagai kemungkinan yang terjadi pada periode tertentu. Risiko sering dikaitkan dengan kerugian. Jadi risiko adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan kerugian atau peluang terjadi sesuatu yang bad out came. Setiap organisasi perusahaan selalu menanggung risiko. Risiko, bisnis, kecelakaan kerja, bencana alam, perampokan, dan pencurian, kebangkrutan adalah beberapa contoh dari risiko yang lazim terjadi di berbagai perusahaan. Terutama perusahaan yang tidak melakukan tindakan apa-apa, bahkan tindakan preventif pun tidak dilakukan. Perusahaan ini tidak melakukan tindakan untuk pencegahan risiko yang akan timbul nantinya.
B. Rumusan Masalah
1.Apakah Risiko ?
5.Bagaimana mengelola Risiko ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Risiko Operational dan Risiko Produksi
2.Untuk mengetahui pengukuran dalam Risiko Operational
3.Untuk mengetahui apa yang dimaksud Just In Time dalam RisikoOperational
4.Untuk mengetahui Strategi mengelola Risiko Barang dan Jasa
5.Untuk mengetahui mengelola Risiko Pengadaan dengan aspek-aspek yang perlu di perhatikan.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko
Risiko merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, ada pepatah mengatakan tak ada hidup tanpa risiko. Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya ( future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini.Pada dasarnya risiko tidak dapat dihindari dari aktivitas bisnis perusahaan,sehingga diperlukan manajemen risiko untuk mengatasi permasalahan ini. Manfaat perusahaan mengimplementasikan manajemen risiko antara lain (Lam,2007:6) memberikan peran dalam pengelolaan risiko kepada manajer perusahaan,mengingat manajer perusahaan memiliki akses penuh terhadap informasi dan dukungan dari para profesional manajemen risiko. Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihaklain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum). Menurut Vibiznews.com, manajemen resiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Strategi yang dapat digunakan antara lain mentransfer resiko pada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek burukdari resiko dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari resiko tertentu. Sedangkan menurut COSO, manajemen resiko
(risk management)dapat diartikan sebagai “a process, effected by an entity’s board of directors, management and other personnel, applied in strategy setting and across theenterprise, designed to identify potential events that may affect the entity, managerisk to be within its risk appetite, and provide reasonable assurance regarding theachievement of entity objectives.Manajemen resiko adalah bagian penting,dari,strategi,manajemen,semua perusahaan. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapatmenunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan didalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemenresiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko. Sasarannya untukmenambah nilai maksimum berkesinambungan(sustainable)organisasi. Tujuanutama untuk memahami potensiupsidedandownside dari semua faktor yangdapat memberikan dampak bagi organisasi. Manajemen resiko meningkatkankemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan kegagalan dan ketidakpastiandalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
Manajemen,resiko,seharusnya bersifat berkelanjutan dan mengembangan proses yang bekerja dalamkeseluruhan strategi organisasi dan strategi dalam mengimplementasikan.Manajemen resiko seharusnya ditujukan untuk menanggulangi,suatu permasalahan sesuai dengan metode yang digunakan dalam melaksanakanaktifitas dalam suatu organisasi di masa lalu, masa kini dan masadepan.Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengankebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemensenior. Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu strategi dalamteknis dan sasaran operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab sertakemampuan merespon secara menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiapmanajer dan pekerja memandang manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsikerja. Manajemen resiko mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi operasional dari semuatingkatan.
B.     Pengertian Risiko Operational.
Risiko operational merupakan risiko yang umumnya bersumber dari masalah internal perusahaan, dimana risiko tersebut terjadi disebabkan olehlamanya sistem kontrol manajemen (management controlsystem). Yang dilakukanoleh pihak internal perusahaan. Misalnya risiko operational adalah risiko pada komputer karena telah terserang virus, kerusakan maintenance pabrik, kecelakaank erja, kesalahan dalam pencatatan pembelian barang dan tidak adanyakesepakatan bahwa barang yan dibeli dapat ditukar kembali dan sebagainya.Risiko operasonal dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsungmaupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. Risiko ini merupakan,risiko,yang,melekat,(inherent) pada setiap aktivitas fungsional Bank, seperti kegiatan perkreditan (penyediaan dana), tresuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan sistem informasi manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia.Risiko operasional bukanlah hal baru walaupun disadari merupakan risiko yang paling akhir terdefinisikan dalam Basel II. Definisi risiko operasional dalam Basel II adalah termasuk risiko hukum,namun tidak mencakup risiko bisnis, strategis dan reputasi. Menurut (Mamduh:2009) risiko operational merupakan tipe risiko yang paling tua, tetapiyan paling sedikit dipahami dibandingkan dengan tipe risiko lainnya. (misalkan risiko pasar ataupun risiko tingkat bunga). Perusahaan sudah mengenali risikooperational meskipun dengan nama yang berbeda. Sebagai contoh perusahaan selalu berusaha memperbaiki sistem, prosedur, atau proses bisnis melaluimanajemen kualitas, perusahaan memberikan training kepada karyawannya agarmereka semakin terlatih dan semakin sedikit membuat kesalahan. Dalam konteks manajemen risiko, upaya terseut dipandag sebagai upaya untuk mengelola atau menurunkan risiko operational.
C.    Pengukuran risiko operational
Salah satu teknik untuk mengukur resiko operasional adalah dengan menggunakan dua klasifikasi, yaitu:
1.Frekuensi atau probabilitas terjadinya resiko.
2.Tingkat keseriusan kerugian atau impact dari resiko tersebut.
Dengan menggunakan dua dimensi tersebut, kita bisa membuat matriksfrekuensi/tingkat untuk resiko-resiko yang ada, termasuk resiko operasional.Berikut contoh aplikasi matriks termasuk untuk gagal bayar dan kesalahan pemrosesan transaksi.
Severity

B Gagal bayar



                                                            A Kesalahan pemrosesan
 


                                                            Frequency
Bagan diatas menunjukkan bagan metriks dengan dimensi frekuensi disumbu horizontal dan dimensi severity pada sumbu vertical. Resiko-resiko bisadiklasifikasi berdasarkan dimensi-dimensi tersebut. Misalnya, resiko gagal bayardari debitur perusahaan besar biasanya jarang terjadi. Karena itu resiko itudiklasifikasi sebagai dengan frekuensi rendah. Tetapi jika terjadi, kerugian yangtimbul bisa sangat besar. Karena itu resiko tersebut diklasifikasi dengan severitytinggi. Gabungan antara frekuensi rendah dengan severity tinggi terlihat pada titikB pada bagan diatas. Sebaliknya, kesalahan pemrosesan atau kesalahan pencatatantransaksi akan sering terjadi (apalagi jika proses pencatatan masih secara manual).Tetapi tingkat severity dari kesalahan tersebut tidak terlalu tinggi. Karena itukesalahan pemrosesan berada pada titik A. dengan proses semacam itu, kita bisamemperoleh gambaran mengenai frekuensi dan severity dari suatu resiko, yangselanjutnya mempunyai implikasi pada bagaimana mengelola resiko tersebut.Sebagai contoh, berikut ini strategi menghadapi resiko berdasarkan metriks severity/frequency.

Perhatikan bahwa matriks likelihood (frekuensi) dan significance(severity) dikelompokan dalam empat kuadran, yaitu:
1.      Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) rendah
2.      Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) rendah
3.      Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) tinggi
4.      Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) tinggi
Penentuan tinggi rendah severity atau frekuensi bisa dilakukan melalui beberapa cara. Misalnya severity atau frekuensi yang lebih besar dibandingkandengan median atau rata-rata dari resiko yang ada (dalam daftar) dikelompokkankedalam severity atau frekuensi tinggi, dan sebaliknya. Penentuan tinggi rendahtersebut dapat dilakukan melalui perhitungan angka absolute atau bias melaluisurvey terhadap menajer-manajer perusahaan. Melalui pertanyaan-pertanyaanseperti itu teridentifikasi letak masing-masing resiko berdasarkan dimensi signifikansi dan kemungkinan. Selanjutnya, strategi yang tepat bisa dirumuskanuntuk mengelola resiko tersebut.
1.      Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) rendah: lowcontrol.    Perusahaan dapat menerapkan pengawasan yang rendah terhadap resiko padakategori ini. Pengawasan yang terlalu berlebihan pada jenis resiko ini akanmenimbulkan biaya yang lebih besar dibandingkan manfaatnya, sehingga akanlebih optimal jika perusahaan tidak melakukan pengawasan yang berlebihan.
2.      Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) rendah: detect andmonitor.
Tipe resiko seperti ini lebih menantang untuk dihadapi. Jika resiko seperti inimuncul, perusahaan bisa mengalami kerugian yang cukup besar, dan barang kalidapat mengakibatkan kebangkrutan. Tetapi frekuensi resiko tersebut relative jarang, sehingga tidak mudah ditemui atau dikenali oleh perusahaan. Karena ituresiko tipe ini paling sulit dipahami karakteristiknya, dan sulit diprediksi kapandatangnya. Misalnya, Baring gagal melakukan pengawasan terhadap trading yangdiluar batas oleh salah seorang tradernya, kemudian terjadi kerugian yangmengakibatkan kebangkrutan perusahaan tersbut. Frekuensi resiko semacam inirelative jarang ditemui.
3.      Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) tinggi: Monitor.
Tipe resiko semacam ini seringkali muncul tapi besarnya kerugian relative kecil.Biasanya resiko semacam ini muncul sebagai akibat perusahaan menjalankan bisnisnya. Dengan kata lain, resiko semacam ini merupakan konsekuensi perusahaan menjalankan bisnisnya. Misalnya, untuk perusahaan supermarket, adaresiko shoplifting (pencurian oleh pembeli), pencurian oleh karyawan, barangdagangan rusak karena busuk atau karena botol pecah, resiko semacam ini lebihmudah dikenali, dan perusahaan bisa menghitung resiko tersebut.,Kemudian perusahaan bisa menganggapnya sebagai biaya dari kegiatan bisnis, dan perusahaan bisa memasukannya dalam komponen harga. Kebanyakan perusahaan memasukan biaya seperti itu ke dalam struktur harga mereka. Perusahaan bias memonitor resiko-resiko tersebut untuk memastikan bahwa resiko tersebut masih berada pada wilayah normal. Jika resiko tersebut bergerak melebihi batas tertentu,maka perusahaan perlu melakukan tindakan untuk menangani resiko tersebut.Misalnya, jika frekuensi pencurian oleh pembeli supermarket menunjukkan kecenderungan meningkat maka manajer perlu,melakukan,perbaikan. Perbaikan- perbaikan tersebut pada intinya memperbaiki prosedur dan proses bisnis.Misalnya, pada kasus pencurian diatas, manajer supermarket bisa meminta pembeli untuk meninggalkan tas, memasang supermarket di supermarket,memasang barcode pada setiap produk yang dipajang (sehingga jika tidak di lepasdan melewati tiang scanner akan berbunyi).
4.      Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) tinggi: prevent atsource.
Tipe resiko seperti ini tidak releven lagi dibicarakan, karena jika situasi semacamini terjadi, berarti perusahaan tidak lagi bisa mengendalikan resiko, dan bisa berakibat pada kebangkrutan. Misalnya, jika perusahaan tidak bisa mengendalikan penggelapan uang dengan jumlah besar oleh karyawannya (tipe resiko ini beradadalam kuadran frekuensi rendah/signifikansi tinggi), maka ada kemungkinanresiko ini berubah menuju kuadran frekuensi tinggi/signifikansi tinggi). Jika halini terjadi, maka perusahaan praktis akan bangkrut dalam,waktu,singkat.,Dengan perspektif semacam ini, maka tugas manajemen resiko adalah mencegahnya migrasi resiko-resiko yang ada ke dalam kuadran frekuensi tinggi/signifikansitinggi.
Strategi untuk menghadapi resiko di wilayah-wilayah tersebut sebagai berikut:
Wilayah 1. Severity tinggi dan frekuensi tinggi:Immediate Action
Untuk wilayah ini, perusahaan haruas melakukan penanganan yangagresif dan segera (Immediate Action).
Wilayah 2: Severity tinggi dan frekuensi agak tinggi: Immediate Attention
Untuk wilayah ini, perusahaan harus mengawasi resiko ini (ImmediateAttention).
Wilayah 3: Severity agak tinggi dan frekuensi agak tinggi:Periodic Attention
Untuk wilayah ini, perusahaan harus bisa melakukan pengawasan secara berkala (periodic attention).
Wilayah 4: Severity rendah dan frekuensi rendah:Annual Evaluation
Untuk wilayah ini, perusahaan ini bisa lebih longgar, yaitu melakukan pengawasan dengan jangka waktu panjang, misalnya tathunan (annual evaluation).
Aspek dinamika resiko juga perlu diperhatikan. Resiko bisa berubah dariwilayah 4 ke wilayah lainya, misal ke wilayah 2. Misalnya, resiko tuntutan hokum barangkali tidak begitu kelihatan di masa lalu. Tetapi dengan semakin sadarnyamasyarakat akan hak dan kewajibanya, resiko tersebut bisa berubah menjadiresiko yang semakin pentin. Pengukuran resiko oprasional dapat kita lakukandengan penempatan tingkatan dari setiap bentuk resiko yang terjadi. Yaitusemakin tinggi resiko maka semakin tinggi kem ungkinan untuk memperolehretrun yang di harapkan, dengan asumsi resiko dan retrun besifat linier.Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat dalam gambar di bawah ini:





E (R)
IV
I
III
II
Risk (σ)


Pada gambar diatas dapat kita pahami bahwa terdapat suatu hubungan kuat
antara expected return / E(R) dan Risk (σ). Dimana setiap titik-titik dan wilayahtersebut dapat kita jelaskan sebagai berikut:
1. Posisi 1 adalah dimana E(R) berada di posisi tertinggi dan σ juga berada diposisi yang tertinggi dalam artian semakin tinggi pengharapan pada E(R) makasemakin tinggi kemungkinan terjadinya σ. Atau dengan kata lain disini kondisi
maksimalitas E(R) bersifat searah (linier) dengan resiko yang akan diterima.Misalnya, pada saat suatu perusahaan merencanakan untuk menambah kapasitasatau profit perusahaan akan mengalami peningkatan, namun ini juga berakibat pada terjadinya peningkatan pada proses produksi untuk mampu meningfkatkan jumlah produksi per unitnya yaitu jika sebelumnyya perusahaan bisamemproduksi 4.000 unit maka sekarang harus ditingkatkan menjadi 4.700 unit.Kondisi ini akan menimbulkan beberapa dampak pada resiko operasional perusahaan seperti:
a.       Mesin produksi akan mengalami masa penyusutan dengan cepat karenadipakai dalam waktu lebih lama dan bersifat mengejar target produksi.
b.      Kebutuhan bahan baku yang di butuhkan akan mengalami peningkatanyang tinggi dan tidak boleh berhenti karena akan mempengaruhikelancaran produksi secara tepat waktu.
2. Posisi II adalah dimana E( R) berada pada posisi rendah dan σ berada pada posisi yang tinggi atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat tidak searah (nonmelakukan antisipasi dan menetapkan strategi yang maksimal guna menghindarisemakin terjadinyapergerakan terjadinya kenaikan resiko yang lebih tinggi,karenasemakin tingginya resiko yang terjadi akan menyebabkan beberapa hal pada perusahaan, misalnya:
a.Peningkatan kerugin perusahaan akan terus bertambah dan lebih jauhdana cadangan akan lebih banyak terkuras,
b.Jika resiko kerugian ini di biarkan terus menerus maka akanmenyebabkan perusahaan berada dalam kondisi finansial distress(kesulitan keuangan).
3. Posisi III adalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan σ juga berada pada posisi yang rendah, atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat searah (linier).
4. Posisi IV adalah dimana E(R) berada pada posisi tinggi dan σ berada pada posisi
yang rendah atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat tidak searah (non linier)pada kondisi yang seperti ini ada beberapa kondisi dan situasi yang perlu dicermati:
a.       Resiko sangat sulit diprediksi tapi jika terjadi mampu menempatkan posisi perusahaan berada pada titik posisi II,
b.      Kondisi dan situasi ini terjadi pada saat control resiko (risk control)menjadi lemah karena perusahaan selama ini terbuai oleh profit yang terusmenerus mengalami kenaikan,
c.       Semangat kerja under pressure yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan tidak lagi seperti berada pada posisi II, dan ini bisa berdampak pada penurunan kedisiplinan kerja serta target pekerjaan yang harusdikerjakan
D.    Perubahan Karakteristik Risiko Operational
Setiap risiko bisa berubah karateristiknya dari waktu ke waktu. Misalkan pada jaman dulu pencatatan transaksi dilakukan secara manual ( karywaanmenuliskan harga dan jumlah unit yang diperdagangkan di kertas ), cara tersebutdapat memunculkan risiko kesalahan pencatatan. Frekuensi kesalahan cukupsering karena karyawan sering lelah namun biasanya mengakibatkan kerugianyang relative kecil. Sekarang ini sudah banyak cara manual seperti itu digantidengan pencatatan terkomputerisasi dengan demikian frekuensi kesalahan dapatditurunkan namun akan muncul jenis risiko baru. Apabila terjadi kegagalan ataukelemahan pada system komputer maka kerugian yang muncul akan sangat besar.
a.       Globalisasi
Era globalisasi telah memberi perubahan besar bagi konsep bisnis pada seluruh sektor bisnis, baik financial maupun non financial, sehinggamenciptakan konsep produk dibuat untuk bisa menampung keinginanglobalisasi tersebut. Karena itu, perusahaan dituntut untuk menerapkanmanajemen yang berbasis konsep global yang secara tidak langsungmekanisme operational perusahaan juga harus bersifat global.
b.      Otomatisasi
Otomatisasi ini menurunkan risiko yang berkaitan dengan manusia(misal kesalahan dalam pencatatan karena kelelahan). Tetapiotomatisasi semacam itu memunculkan risiko yang baru yaitu risikokegagalan sistem dan semacamnya. Risiko ini cenderung lebih sulituntuk dideteksi dan jika terjadi maka perusahaan akan mengalamikerugian yan signifikan.
c.       Terlalu mengandalkan teknologi
Apabila terlalu mengendalikan teknologi maka akan ada risiko baruyang akan dialami, walaupun dengan menggunakna teknologimemudahkan dalam membantu proses bisnis yang akan lebih cepat.
d.      Perubahan budaya masyarakat
Masyrakat semakin lama semakin pandai, semakin sadar kan hak dankewajibannya. Kesadaran tersebut cenderung meningkatakan risikolitigasi, dimana masyarakat akan berusaha menuntut apabila merasadirugikan. Perubahan budaya masyarakat bisa meningkatkan risikogugatan hukum.
E.     Biaya untuk risiko Operational
Untuk mengatasi risiko operational suatu perusahaan harus membuat analisamencakup:
a.       Menghitung dan memetakan bentuk risiko yang sedang dan akan dihadapi,
b.      Memperhitung biaya yang harus dialokasikan menyangkut pengelolaan risiko,
c.       Memutuskan pembentukan mekanisme seperti apa yang layakditerappkan untuk mengelola risiko,
d.      Memutuskan dari mana sumberdana yang dapat dialokasikan untukmendukung penyelesaian operational risk ini
F. Just in time
a.Pengertian Just In time
Menurut Henri Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen,Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimanasegenap sumberdaya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia,dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untukmengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In Timedidasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan danmensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerjasama dengankomponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkunganJust In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab,yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruangdan waktu produksi. Metode produksi Just In time mensyaratkan tidakadanya persediaan bahan baku karena bahan baku dan suku cadangdijadwalkan untuk sampai ke pabrik dari pemasok hanya pada saatdibutuhkan saja.
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksiatau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saatdibutuhkan oleh konsumen. Konsep just in time adalah suatu konsep dimana bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkandari pemasok atau suplier tepat pada,waktu,bahan,itu,dibutuhkan,oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.
Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemendimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalahuntuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just InTime didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan danmensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerjasama dengankomponen-komponen lainnya.
2.7 Strategi Dalam Risiko Pengadaan Barang dan Jasa
Berhubungan dengan anggaran pemerintahan dalam sebuah kerjasama pengadaan barang dan jasa sangat rentan dengan aspek KKN.Konsekuensinya, akan berbenturan dengan hukum yang berlaku.
Kerentanan tersebut, menjadikan hukum dan aturan yang ditetapkan pun jadi semakin ketat untuk menghindari segala kemungkinan tindakan KKN. Nah, bagi Anda yang terlibat dalam usaha pengadaan barang dan jasainstansi pemerintah tentu harus mengerti seputar aturan, hukum, dan caramengantisipasinya agar tidak terkena risiko pidana. Bagaimanakahcaranya?
Harus selalu disadari bahwa risiko tindak pidana tidak dapatdihilangkan. Risiko hanya dapat dikurangi kemungkinan terjadinya denganmengimplementasikan strategi yang tepat. Menyuap auditor bukanmerupakan cara menyelesaikan masalah yang tepat. Justru sebaliknya,akan menambah masalah. Salah satu strateginya ialah melalui metoderisktransfer atau memindahkan risiko kepada pihak atau perusahaan lain.Penerapannya ialah dengan meminjam bendera perusahaan lain untukmelaksanakan pengadaan barang/jasa. Bagi pengelola pengadaan barangdan jasa, strategirisk transfer dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1. Meminta penjelasan secara tertulis (fatwa) untuk hal-hal yang belum jelas kepada lembaga yang kompeten dan relevan, misalnya BPK, LKPP,Mendagri, atau Menkeu. Dengan memiliki penjelasan tertulis, risiko secaraotomatis akan berpindah kepada lembaga yang mengeluarkan fatwatersebut.
2. Meminta persetujuan tertulis kepada manajemen atau lembaga yanglebih tinggi. Praktik ini pernah terjadi pada pengadaan peralatan penyadapan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui mekanismePenunjukan Langsung. Hal ini dilakukan KPK dengan meminta persetujuan presiden untuk melaksanakan pengadaannya melaluimekanisme Penunjukan Langsung, tanpa melalui lelang. Pasalnya, jika pagunya di atas 200 juta rupiah, aturan undang-undangnya mesti melaluisistem lelang. Dengan demikian, KPK terbebas dari risiko tindak pidanadalam melaksanakan pengadaan peralatan penyadapan melalui mekanismePenunjukan Langsung tersebut.
Secara lebih lengkapnya lagi mengenai mekanisme, aturan, danstrategi pengadaan barang dan jasa ini akan dijelaskan dalam buku Amandari Risiko dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah . Buku ini ditulisoleh Suswinarno Ak., MM untuk memberikan pemahaman yang baik dantepat tentang manajemen risiko pengadaan barang dan jasa pemerintahagar bisa mengantisipasinya. Buku terbitan VisiMedia ini dibagi ke dalamenam penjelasan pokok, yaitu mulai dari manajemen risiko, prosesmanajemen, identifikasi risiko pada pengadaan barang dan jasa pemerintah, mengukur risiko tindak pidana pada pengadaan barang dan jasa pemerintah, strategi mengantisipasi risiko pidana, hingga tip dan trikmenghadapi audit dan auditor.


2.8 Resiko Pengadaan
Dalam opini mendefinisikan barang dan jasa, kuantitas, kualitas,waktu, tempat dan harga akan menentukan seberapa kompleks proses yangharus dilakukan dalam mendapatkan barang dan jasa. Seperti yangdiutarakan Samsul, mana yang lebih kompleks mengukur benda atautindakan? Jawabannya adalah lebih mudah mengukur benda ketimbangmengukur tindakan. Karena benda sifatnyatangible(berwujud) sedangkantindakan sifatnyaintangible(tidak berwujud). Dengan kerangka pikirdiatas tentu lebih sederhana mendapatkan barang,dibanding,mendapatkan jasa. Kerangka berpikir ini juga akan membawa kita pada rantai logikayang sama ketika dihadapkan pada kompleksitas barang/jasa versus penyedia. Skala kompleksitas menilai barang/jasa tentu lebih sederhanadibanding menilai penyedianya. Mengkompetisikan banyak penyedia yangmampu menyediakan barang adalah cara yang paling tepat.
Dalam mengenal karakteristik penyedia, penting juga untukmengenalKrajilc Box Methodyangmemposisikan barang/jasa kedalam empat kotak berdasarkan,karakteristik,barang/jasa,dikaitkan,dengan,potensi resiko dan potensi nilai belanja. Karakteristik ini dapat dijadikan peta dalam pengambilan keputusan penetapan metode pengadaan dikaitkandengan skala kompleksitas.
Barang/jasaLaveragemempunyai karakteristik resiko kecil tapinilai pembelian tinggi yang diutamakan adalah memaksimalkan penghematan.
Contoh: laptop berada pada pasar persaingan sempurnadimana jumlah penyedia dan jumlah barang baik jenis maupun kuantitastersedia di pasar secara luas dan banyak sehingga faktor yang jadi pertimbangan hanyalah harga yang terendah.
Barang/jasaRoutineadalah barang resiko rendah dengan nilai pembelian yang rendah yang diutamakan adalah meminimalkan waktu dansumber daya. Contoh: alat tulis kantor, pasti diperlukan setiap tahun dalam jumlah yang kecil dan terpecah-pecah dalam item-item kemudian dari sisi barang dan penyedia tersedia luas.
Barang/JasaBottleneck mempunyai karakteristik resiko tinggi tapinilai pembelian rendah fokus kepada jaminan pasokan agar tidak terhenti.Kontrak jangka panjang dengan eskalasi terpantau dan dinegosiasikansecara berkala. Contoh : obat-obatan, bersifat urgen dalam artian kalautidak tersedia dalam waktu yang dibutuhkan akan mengakibatkanhambatan pada organisasi, spesifikasi khusus dan jumlah penyediaterbatas. Nilai pembelian terbatas dan terbagi atas item-item kecil.
Barang/jasa Critical mempunyai karakteristik resiko tinggi dandengan nilai pembelian yang tinggi memperhitungkan semua biayalangsung maupun tidak langsung dan maksimalisasi pencapaian NilaiManfaat Uang (Value for Money). Contoh: Mesin Pembangkit TenagaListrik dari sisi spesifikasi sangat khusus, jumlah penyedia terbatas, bersifat urgen dan nilai pembelian tinggi.Dalam Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentangPengadaan Barang/Jasa Pemerintah dikenal beberapa metode pemilihanpada penyedia barang/jasa. Pengadaan barang, jasa lainnya, dan pekerjaankonstruksi, terdapat beberapa metode, yakni pelelangan umum, pelelanganterbatas, pemilihan langsung, penunjukan langsung, dan pengadaanlangsung; untuk pengadaan jasa konsultan terdapat beberapa metode,yakni seleksi umum, seleksi sederhana, penunjukan langsung, pengadaanlangsung, dan sayembara. Metode-metode tersebut dilakukan denganlangkah-langkah yang cukup rumit dan multitafsir. Pusing bukan. Cukupsudah.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Risiko Operasional merupakan risiko yang umumnya bersumber darimasalah internal perusahaan, dimana risiko itu terjadi disebabkan oleh lemahnyasistem kontrol manajemen (management contro sytem) yang dilakukan oleh pihakinternal perusahan.
Untuk menghitung kerugian yang diharapkan jika risiko tertentu munculdapat menggunakan kerangka probabilitas ( frekuensi ) dan severity. Rumusnyaadalah: Kerugian yang diharapkan = frekuensi ( probabilitas ) x severity ( besarnya kerugian ).
Ada beberapa factor yang mampu memberi pengaruh pada terbentuknyaresiko operasional, yaitu: risiko pada computer, kerusakan peralatan pabrik,kecelakaan kerja, kesalahan dalam pembukuan secara manual, kesalahan pembelian dan tidak ada kesepakatan bahwa barang yang dibeli dapat ditukarkembali, pegawai outsourcing, globalisasi dalam konsep dan produk.
Factor yang menyebabkan perubahan karateristik resiko operasional, yaitu:globalisasi, otomatisasi, TerlaluMengandalkanTeknologi, Outsourcing,Perubahan Budaya Masyarakat




DAFTAR PUSTAKA

Muslich, Muhammad. 2007.Manajemen Resiko Operasional-Teori & Praktek,Jakarta: Sinar Grafika Offset, PT. Bumi Aksara.

Darmawi, Herman. Manajemen Resiko. Bumi Aksara, 2005.

Chapman, Christy. Bringing ERM into Focus. Internal Auditor, June 2003

Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commission. What is COSO: Background and Events Leading to Internal Control-Integrated Framework. 1992

Simmons, Mark. COSO Based Auditing. The Internal Auditor, December 1997 The Institute of Internal Auditors. Internal C

Vaughan, Emmet. Fundamental of Risk and Insurance. 2nd, John Willey, 1978




Tidak ada komentar:

Posting Komentar